Beranda | Artikel
Tetap Beribadah Ketika Sakit
Rabu, 21 Januari 2015

Buletin At-Tauhid edisi 4 Tahun XI

Sakit bukanlah alasan untuk tidak beribadah atau mengurangi intensitas ibadah yang sudah rutin kita lakukan, bahkan kita tetap beribadah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah, banyak berdoa dan berharap hanya kepada Allah. Di antaranya adalah ibadah hati berupa kesabaran dan menerima takdir. Serta ibadah zhahir seperti shalat dalam keadaan sakit, membaca Al Qur’an, berdzikir, dan berdoa.

Sakit adalah ujian, cobaan, dan takdir Allah

Perkara pertama yang perlu kita yakini adalah sakit merupakan ujian dan cobaan dari Allah. Perlu benar-benar kita tanamkan dalam keyakinan kita yang sedalam-dalamya bahwa ujian dan cobaan berupa hukuman adalah tanda kasih sayang Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.” (HR. Tirmidzi, dinilai hasan oleh Al Albani)

Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, maka Allah menimpakan musibah kepadanya di dunia” (HR. Tirmidzi)

Mari renungkan hadits ini, apakah kita tidak ingin Allah menghendaki kebaikan kapada kita? Allah segerakan hukuman kita di dunia dan Allah tidak menghukum kita lagi di akhirat yang tentunya hukuman di akhirat lebih dahsyat dan berlipat-lipat. Dan perlu kita sadari bahwa hukuman yang Allah turunkan merupakan akibat dosa kita sendiri, salah satu bentuk hukuman tersebut adalah Allah menurunkannya berupa penyakit.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al Baqarah : 155 – 157)

Ujian juga merupakan takdir Allah yang wajib diterima, minimal dengan kesabaran. Alhamdulillah jika mampu diterima dengan ridha bahkan rasa syukur. Semua manusia pasti mempunyai ujian masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya karena Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya.

Meskipun sakit, pahala tetap mengalir

Mungkin ada beberapa dari kita yang tatkala tertimpa penyakit bersedih karena tidak bisa malakukan aktivitas, tidak bisa belajar, tidak bisa mencari nafkah, dan tidak bisa melakukan ibadah sehari-hari yang biasa kita lakukan. Bergembiralah karena Allah ternyata tetap menuliskan pahala ibadah bagi kita yang biasa kita lakukan sehari-hari. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang hamba sakit atau sedang melakukan safar, Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim (tidak berpergian jauh-red)” (HR. Bukhari)

Kita sedang berbaring dan beristirahat akan tetapi pahala kita terus mengalir.

Beberapa ibadah yang bisa tetap dilakukan ketika sakit

1. Membaca Al Qur’an

Satu nasehat yang ditekankan ulama adalah mengisi dan “mencuri waktu” ketika sakit untuk membaca Al Qur’an. Karena Al Qur’an memang bisa mengobati kesedihan, kegelisahan hati, serta bisa mengobati penyakit fisik. Ini berlaku untuk semua ayat dalam Al Qur’an.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),  “Dan Kami turunkan dari Al Qur`an suatu yang menjadi penawar kesembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al Israa : 82)

2. Berdzikir kepada Allah

Waktu luang sangat banyak ketika sakit. Mungkin anggota badan lemah dan tidak bisa bergerak tetapi kebanyakan orang sakit lisan mereka masih mudah untuk digerakkan berdzikir kepada Allah. Berdzikir akan menenangkan hati dan melawan kegelisahan bagi si sakit.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),  “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du : 28)

3. Berdoa kesembuhan kepada Allah

Misalnya doa berikut ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  “Letakkan tanganmu dibagian tubuh yang sakit, lalu ucapkanlah, “bismillāh” tiga kali, lalu ucapkan sebanyak tujuh kali “A’ūdzu billāhi wa qudrātihi min syarri maa ajidu wa uḥaadzir”,

(Aku memohon perlindungan kepada Allah dengan kemuliaan dan kekuasaan-Nya dari segala keburukan yang kudapatkan dan kukhawatirkan)” (HR. Muslim)

4. Tetap shalat dan melakukan ibadah yang lain

Agama kita diberi kemudahan yang banyak, orang yang sakit tetap shalat seusai dengan kondisinya baik dengan cara duduk atau berbaring. Jika tidak bisa menggunakan air, ia bisa melakukan tayammum.

Kemudahan bagi orang sakit

Orang sakit banyak sekali mendapat kemudahan, misalnya ketika tidak bisa berwudhu menggunakan air, maka boleh tayammum dengan menggunakan debu dipermukaan.

Gerakan tayammum juga mudah dan sederhana bagi orang sakit. Cukup tiga gerakan, yaitu:

1. Menepuk permukan bumi (misalnya dinding yang mengandung debu) dengan kedua telapak tangan sekali tepuk kemudian meniupnya

2. Mengusap punggung telapak tangan kanan dan kiri bergantian sampai telapak tangan dengan sekali usap

3. Mengusap wajah dengan kedua tangan sekali usap

Hadits ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu menjelaskan tata cara tersebut,  “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau mengatakan, “Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Seraya beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain, “Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan” (HR. Bukhari)

Demikianlah gerakan simple dari tayammum yang memakan waktu kurang dari 30 detik. Memang sangat berguna bagi orang sakit yang tubuhnya sedang tidak boleh kena air terlebih dahulu.

Begitu juga dengan shalat, ada kemudahan bagi orang yang sakit dan tidak mampu. Berikut ringkasan mengenai kemudahan cara shalat bagi orang sakit:

Orang yang sakit terkadang berbaring lemah, dia tidak mampu shalat duduk apalagi berdiri. Berikut tuntunan cara shalat sambil berbaring.

Pertama:

Wajib bagi orang sakit shalat fardhu dengan cara berdiri, walaupun bersandar ke tembok, tiang, atau tongkat (jika mampu)

Kedua:

Jika tidak mampu shalat berdiri, maka shalat dengan cara duduk. Yang lebih afdhal, duduk bersila ketika posisi berdiri dan rukuknya. Dan duduk iftirasy seperti biasa ketika duduk antara dua sujud

Ketiga:

Jika tidak mampu shalat duduk, shalat dengan cara berbaring (miring) menghadap kiblat. Miring kanan lebih baik daripada miring kiri. Jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, shalat menghadap mana saja dan tidak perlu mengulang

Keempat:

Jika tidak mampu shalat dengan berbaring (miring), maka shalat dengan cara terlentang. Kaki menghadap kiblat dan yang lebih afdhal kepalanya sedikit diangkat mengarah ke kiblat (bisa di sanggah dengan bantal-pen). Jika tidak mampu, maka bisa menghadap ke mana saja dan tidak perlu mengulang.

Kelima:

Wajib bagi orang sakit melakukan rukuk dan sujud (secara normal meskipun shalat dilakukan dengan cara duduk-red). Jika tidak mampu maka berisyarat dengan kepalanya. Berisyarat dengan menundukkan kepala lebih rendah ketika sujud dibanding rukuk. Jika tidak mampu sujud, maka ia rukuk ketika sujud dan berisyarat saja untuk rukuk dan sebaliknya.

Keenam:

Jika tidak mampu berisyarat dengan kepalanya ketika rukuk dan sujud, maka berisyarat dengan pandangannya yaitu matanya. Ia pejamkan matanya sebentar ketika rukuk dan memejamkan mata lebih lama ketika sujud. Adapun berisyarat dengan telunjuk yang dilakukan sebagian orang yang sakit maka tidak diketahui memiliki dalil dari Al Quran, sunnah dan perkataan para ulama.

Ketujuh:

Jika dengan anggukan dan isyarat mata juga sudah tidak mampu maka hendaknya ia shalat dengan hatinya. Jadi ia takbir, membaca surat, niat ruku, sujud, berdiri dan duduk dengan hatinya Dan setiap orang mendapatkan sesuai yang diniatkannya. (Fatawa Arkaanil Islam Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, diakses dari islamspirit.com)

Sesudah kesulitan pasti datang kemudahan

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”  (QS. Al Insyirah : 5 – 6)

Ini merupakan  janji Allah. Tidak pernah kita menemui manusia yang selalu merasa kesulitan dan kesedihan. Semua pasti ada akhir dan ujungnya. Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan, susah-senang, lapar-kenyang, kaya-miskin, sakit-sehat. Salah satu hikmah Allah menciptakan sakit agar kita bisa merasakan nikmatnya sehat. Begitu juga dengan nikmat kesehatan. Kita baru bisa merasakan nikmatnya sehat setelah merasa sakit sehingga kita senantiasa bersyukur, merasa senang, dan tidak pernah melalaikan lagi nikmat kesehatan serta selalu menggunakan nikmat kesehatan dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua kenikmatan yang sering terlupakan oleh banyak orang : nikmat sehat dan waktu luang”  (HR. Bukhari)

Demikian semoga bermanfaat.

Penulis  : Ustadz dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/tetap-beribadah-ketika-sakit/